MAPEL TIK; Apa
yang sudah dan akan terjadi
Kurikulum
2013 atau K-13, keren namanya tapi rasanya tidak se-keren penerapan dan hasil yang akan dicapai, khusus tentang mapel TIK yang dihapus.
Secara
resmi, pemberlakuan K-13 secara nasional sudah dimulai sejak hampir setahun
yang lalu, tepatnya kalau tdk salah Juli tahun 2013. Dan nyatanya sampai saat
ini masih ada bebarapa wilayah di tanah air yang masih dalam tahap sosialisasi,
baik dalam bentuk-bentuk seminar, bimtek dan lain-lain yang semisal. Saya pun
baru saja beberapa hari yang lalu mengikuti bimtek K-13 ini, dimana saya
mendengar secara langsung para pemateri mempresentasikan apa itu dan bagaimana
K-13, sekalipun sebenarnya sebelum-sebelumnyanya saya sudah sedikit banyak
mengetahui K-13 ini lewat informasi dari teman-teman ataupun mencarinya di
internet. Olehnya, ada beberapa catatan-catatan yang menjadi kerisauan akibat
K-13 ini.
Pertama: Pemerintah,
pemerintah dalam hal ini negara sebagai penyelenggra pendidikan.
Mungkin ada
yang belum tahu, saya pun mengetahuinya dari Grup Asosiasi Guru TIK & KKPI,
bahwa sejarah awal dari mapel TIK ini adalah "bisikan khusus" dari
Presiden SBY kala itu, disamping memang melihat kebutuhan mapel TIK untuk di
ajarkan di tingkat sekolah. Saat itu kurikulum KBK dan berlanjut di kurikulum
KTSP. Lantas kenapa kemudian di K-13 ini pemerintah juga yang menghapus TIK
melalui Kementerian Pendidikan ??? apa yang sebenarnya terjadi, apakah ini ada
hubungannya dengan kondisi carut-marutnya pemerintahan di negeri kita tercinta
ini ??? tidak salah jika kemudian ada yang berpendapat tentang POLITISASI
PENDIDIKAN di balik dihapusnya TIK dari K-13. Bukan tanpa alasan, ketika
kebijakan pendidikan didasarkan pada kekuasaan maka saat itu pendidikan sudah
di politisasi, yang tentunya saat itu hanya sedikit melihat dan
mempertimbangkan kondisi guru dan siswa, belum lagi jika hal ini di kaitkan
dengan "PROYEK", maka bisa dikatakan
...sejak awal di masukkannya TIK
di kurikulum sekolah sampai pada penghapusannya kembali sarat dengan hal-hal
"tanda kutip" (baca: TIDAK JELAS). Kesimpulannya, tanpa
mengesampingkan capaian positif dari mapel TIK ini, PEMERINTAH SANGAT TIDAK
JELAS.
Kedua: Guru,
khususnya guru TIK yg ter-eliminasi dan guru 10 mapel K-13 (Pendd.Agama, PKn,
B.Indo, B.Ingg, IPA, IPS, MTK, Seni Budaya, Penjas dan "pendatang
baru" Prakarya)
Sejak awal
diterapkan pada tahun 2004, TIK saat itu belum mempunyai guru yang sesuai dengan
latar belakang pendidikan atau disiplin ilmu TIK secara khusus. Jelas, karena
saat itu belum ada satu pun kampus yang membuka Jurusan atau Prodi untuk
mengajar TIK. Namun, seperti yang dipaparkan sebelumnya, pemerintah hanya
sedikit melihat dan mempertimbangkan kondisi guru dan siswa saat itu, TIK tetap
"dipaksakan" masuk ke dalam kurikulum sekolah. Akibatnya apa ?
meminjam istilah Bapak Purwanto Hadi di kompasiana, guru TIK saat itu harus
"mengupgrade" kemampuannya dengan membekali diri ilmu komputer.
Munculah juga istilah "guru amfibi" (teman saya malah menyebut dengan
istilah "guru murtad") yaitu guru-guru yang berlatar belakang
pendidikan MTK, Penjas, Fisika, Ekonomi atau bahkan Pendidikan Agama namun
mengajar mapel TIK, TEKNOOLOGIIIII INFORRRRRMASI dan
KOOMUUUUUUUUUNIIIIIIIIIIIIKAAAAAAAAAAASIIIIIIIIIIIIIIII.
Masih dengan
perkataan Bapak Purwanto Hadi, entah ini sebuah kebodohan atau kecerobohan,
namun pembelajaran TIK harus tetap berjalan sesuai dengan amanah kurikulum. Catatan,
guru harus rela mengorbankan latar belakang disiplin ilmu pendidikannya untuk
mengajar TIK, karena mau tidak mau dan ini yang terjadi, guru TIK akan lebih
fokus ke mapel TIK sekalipun ada beberapa yang masih mengajar mapel sesuai
dengan disiplin ilmu pendidikannya tetapi persentase jam mengajar lebih sedikit
dibanding TIK. Kembali, disinilah lagi PEMERINTAH SANGAT TIDAK JELAS, awal-awal
penerapannya sudah memunculkan permasalahan fatal, bagaimana mungkin mengharapkan
guru profesional dengan cara seperti itu.
Tapi apa
yang terjadi dengan guru, guru tetaplah guru, guru yang menurut saya adalah
sosok manusia yang sangat luar biasa, manusia yang memanusiakan manusia, bukan
cuma pahlawan tanpa tanda jasa, bukan lagi menjadi ujung tombak dari sebuah
pendidikan tetapi lebih menjadi pemegang tombak pendidikan, gurulah yang
mengarahkan kemana pendidikan itu akan berujung...
Demikian juga
guru TIK yang tidak punya latar belakang pendidikan TIK, yang demi kelancaran
proses belajar mengajar, ada yang ikut kursus-kursus, pelatihan, workshop,
membeli komputer sendiri di rumah dan membeli buku-buku yang relevan, yang
ketika itu masih minim sekali dan relatif mahal, keikutsertaan mereka atas
inisiatif dan pendanaan sendiri. Semua semata-mata demi anak-anak yang sangat
antusias pada mapel TIK. Usia yang sudah tidak muda lagi serta dana yang tidak
melimpah (ketika itu belum ada tunjangan profesi) tidak dihiraukannya. Mereka
dengan inisiatif sendiri berburu beraneka ilmu komputer. Dalam perkembangannya
"guru TIK" menjadi identitas mereka. Ya mereka guru TIK, bukan guru
MTK, bukan guru Sejarah, bukan guru IPA, bukan guru Penjas dan juga bukan guru
Agama.
Namun, setelah
apa yang dilalui oleh guru-guru TIK tersebut, pemerintah dengan bangganya menghapus
mapel TIK hanya karena beberapa alasan yang belum teruji kebenarannya.
Sekarang,
mau dikemanakan guru2 TIK ? Apakah mereka harus memanaskan kembali disiplin
ilmu yang sudah di tinggalkan dan hampir beku ? Akh sudahlah…!! Hal yang
seperti itu sudah biasa terjadi pada guru, dulunya juga khan bukan guru TIK,
iya benar, tapi jujur saya merasa di KHIANATI sama pemerintah. Mereka lupa atau
pura-pura lupa bagaimana perjuangan guru2 TIK untuk bisa mengajar TIK secara professional
sekalipun terpaksa dan dipaksakan.
Sekarang, bagaimana
dgn yang sudah mengikuti sertifikasi, yang hampir rata-rata dgn jalur PLPG
bukan dengan jalur Portofolio, bukan perkara kecil perjuangan untuk bisa lulus
sertifikasi tersebut. Bagaimana juga dengan guru2 yang saat ini sedang
mengikuti PPG TIK selama 1 tahun. Bagaimana juga dengan adik-adik mahasiswa yang
sudah mengambil jurusan TIK di kampus-kampus mereka, bagaimana dan bagaimana
???
Sekarang,
guru 10 mapel harus mampu mengintegrasikan TIK ke dalam pelajarannya,
hahhhaaaa.. #sinis, boro-boro 10 mapel
di masukan materi TIK, nyata-nyata saja guru TIK mengajar TIK dikelas atau lab,
masih saja kesulitan memahamkan para siswa, aaaapalaaaagii, Akhh…sudahlah…!!!
Ketiga:
Siswa, dua kata, KASIHAN MEREKA.
TIK
dihapuskan, bagaimana dan dimana mereka bisa mendapatkan pengetahuan IT ?? Tanpa
ada bimbingan khusus dari guru, cara mereka mendapatkan pengetahuan IT bisa jadi
hanya akan mempertahankan dan menambah permasalahan di dunia pendidikan. Mengapa
? Sedangkan sudah di ajarkan etika penggunaaan TIK saja, siswa masih kerap
tidak memperdulikan. Sudah bukan rahasia lagi, siswa menjadikan internet hanya
untuk sosmed semata tanpa ada knowledge, siswa kerap membuka situs-situs porno, punya
e-mail untuk membuat akun sosmed tapi tidak tahu cara mengirim e-mail, punya komputer
atau laptop tapi tidak bisa mengetik dokumen dengan benar, punya netbook tapi
isinya cuma foto, mp3 sama movie, anti virus sampai 3 macam yg terinstall tapi
tak satupun yang diketahui cara penggunaannya, dan lain-lain yang semisal.
Itu bagi
siswa yg sedikit bisa, bagaimana dengan yang sama sekali belum bisa ??? yang
katanya generasi ini diperhadapkan dengan zaman yang serba canggih, serba
komputerisasi, dan serba mesin berteknologi tinggi, bagaimana dan bagaimana…
Dirgahayu
Pendidikan Indonesia, 02 Mei 2014
Selamat…!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar