Kamis, 01 Mei 2014

Mapel TIK yang dihapus dari Kurikulum 2013



MAPEL TIK; Apa yang sudah dan akan terjadi

Kurikulum 2013 atau K-13, keren namanya tapi rasanya tidak se-keren penerapan dan hasil yang akan dicapai, khusus tentang mapel TIK yang dihapus.
Secara resmi, pemberlakuan K-13 secara nasional sudah dimulai sejak hampir setahun yang lalu, tepatnya kalau tdk salah Juli tahun 2013. Dan nyatanya sampai saat ini masih ada bebarapa wilayah di tanah air yang masih dalam tahap sosialisasi, baik dalam bentuk-bentuk seminar, bimtek dan lain-lain yang semisal. Saya pun baru saja beberapa hari yang lalu mengikuti bimtek K-13 ini, dimana saya mendengar secara langsung para pemateri mempresentasikan apa itu dan bagaimana K-13, sekalipun sebenarnya sebelum-sebelumnyanya saya sudah sedikit banyak mengetahui K-13 ini lewat informasi dari teman-teman ataupun mencarinya di internet. Olehnya, ada beberapa catatan-catatan yang menjadi kerisauan akibat K-13 ini.

Pertama: Pemerintah, pemerintah dalam hal ini negara sebagai penyelenggra pendidikan.
Mungkin ada yang belum tahu, saya pun mengetahuinya dari Grup Asosiasi Guru TIK & KKPI, bahwa sejarah awal dari mapel TIK ini adalah "bisikan khusus" dari Presiden SBY kala itu, disamping memang melihat kebutuhan mapel TIK untuk di ajarkan di tingkat sekolah. Saat itu kurikulum KBK dan berlanjut di kurikulum KTSP. Lantas kenapa kemudian di K-13 ini pemerintah juga yang menghapus TIK melalui Kementerian Pendidikan ??? apa yang sebenarnya terjadi, apakah ini ada hubungannya dengan kondisi carut-marutnya pemerintahan di negeri kita tercinta ini ??? tidak salah jika kemudian ada yang berpendapat tentang POLITISASI PENDIDIKAN di balik dihapusnya TIK dari K-13. Bukan tanpa alasan, ketika kebijakan pendidikan didasarkan pada kekuasaan maka saat itu pendidikan sudah di politisasi, yang tentunya saat itu hanya sedikit melihat dan mempertimbangkan kondisi guru dan siswa, belum lagi jika hal ini di kaitkan dengan "PROYEK", maka bisa dikatakan
...sejak awal di masukkannya TIK di kurikulum sekolah sampai pada penghapusannya kembali sarat dengan hal-hal "tanda kutip" (baca: TIDAK JELAS). Kesimpulannya, tanpa mengesampingkan capaian positif dari mapel TIK ini, PEMERINTAH SANGAT TIDAK JELAS.

Kedua: Guru, khususnya guru TIK yg ter-eliminasi dan guru 10 mapel K-13 (Pendd.Agama, PKn, B.Indo, B.Ingg, IPA, IPS, MTK, Seni Budaya, Penjas dan "pendatang baru" Prakarya)
Sejak awal diterapkan pada tahun 2004, TIK saat itu belum mempunyai guru yang sesuai dengan latar belakang pendidikan atau disiplin ilmu TIK secara khusus. Jelas, karena saat itu belum ada satu pun kampus yang membuka Jurusan atau Prodi untuk mengajar TIK. Namun, seperti yang dipaparkan sebelumnya, pemerintah hanya sedikit melihat dan mempertimbangkan kondisi guru dan siswa saat itu, TIK tetap "dipaksakan" masuk ke dalam kurikulum sekolah. Akibatnya apa ? meminjam istilah Bapak Purwanto Hadi di kompasiana, guru TIK saat itu harus "mengupgrade" kemampuannya dengan membekali diri ilmu komputer. Munculah juga istilah "guru amfibi" (teman saya malah menyebut dengan istilah "guru murtad") yaitu guru-guru yang berlatar belakang pendidikan MTK, Penjas, Fisika, Ekonomi atau bahkan Pendidikan Agama namun mengajar mapel TIK, TEKNOOLOGIIIII INFORRRRRMASI dan KOOMUUUUUUUUUNIIIIIIIIIIIIKAAAAAAAAAAASIIIIIIIIIIIIIIII.
Masih dengan perkataan Bapak Purwanto Hadi, entah ini sebuah kebodohan atau kecerobohan, namun pembelajaran TIK harus tetap berjalan sesuai dengan amanah kurikulum. Catatan, guru harus rela mengorbankan latar belakang disiplin ilmu pendidikannya untuk mengajar TIK, karena mau tidak mau dan ini yang terjadi, guru TIK akan lebih fokus ke mapel TIK sekalipun ada beberapa yang masih mengajar mapel sesuai dengan disiplin ilmu pendidikannya tetapi persentase jam mengajar lebih sedikit dibanding TIK. Kembali, disinilah lagi PEMERINTAH SANGAT TIDAK JELAS, awal-awal penerapannya sudah memunculkan permasalahan fatal, bagaimana mungkin mengharapkan guru profesional dengan cara seperti itu.
Tapi apa yang terjadi dengan guru, guru tetaplah guru, guru yang menurut saya adalah sosok manusia yang sangat luar biasa, manusia yang memanusiakan manusia, bukan cuma pahlawan tanpa tanda jasa, bukan lagi menjadi ujung tombak dari sebuah pendidikan tetapi lebih menjadi pemegang tombak pendidikan, gurulah yang mengarahkan kemana pendidikan itu akan berujung...
Demikian juga guru TIK yang tidak punya latar belakang pendidikan TIK, yang demi kelancaran proses belajar mengajar, ada yang ikut kursus-kursus, pelatihan, workshop, membeli komputer sendiri di rumah dan membeli buku-buku yang relevan, yang ketika itu masih minim sekali dan relatif mahal, keikutsertaan mereka atas inisiatif dan pendanaan sendiri. Semua semata-mata demi anak-anak yang sangat antusias pada mapel TIK. Usia yang sudah tidak muda lagi serta dana yang tidak melimpah (ketika itu belum ada tunjangan profesi) tidak dihiraukannya. Mereka dengan inisiatif sendiri berburu beraneka ilmu komputer. Dalam perkembangannya "guru TIK" menjadi identitas mereka. Ya mereka guru TIK, bukan guru MTK, bukan guru Sejarah, bukan guru IPA, bukan guru Penjas dan juga bukan guru Agama.
Namun, setelah apa yang dilalui oleh guru-guru TIK tersebut, pemerintah dengan bangganya menghapus mapel TIK hanya karena beberapa alasan yang belum teruji kebenarannya.
Sekarang, mau dikemanakan guru2 TIK ? Apakah mereka harus memanaskan kembali disiplin ilmu yang sudah di tinggalkan dan hampir beku ? Akh sudahlah…!! Hal yang seperti itu sudah biasa terjadi pada guru, dulunya juga khan bukan guru TIK, iya benar, tapi jujur saya merasa di KHIANATI sama pemerintah. Mereka lupa atau pura-pura lupa bagaimana perjuangan guru2 TIK untuk bisa mengajar TIK secara professional sekalipun terpaksa dan dipaksakan.
Sekarang, bagaimana dgn yang sudah mengikuti sertifikasi, yang hampir rata-rata dgn jalur PLPG bukan dengan jalur Portofolio, bukan perkara kecil perjuangan untuk bisa lulus sertifikasi tersebut. Bagaimana juga dengan guru2 yang saat ini sedang mengikuti PPG TIK selama 1 tahun. Bagaimana juga dengan adik-adik mahasiswa yang sudah mengambil jurusan TIK di kampus-kampus mereka, bagaimana dan bagaimana ???
Sekarang, guru 10 mapel harus mampu mengintegrasikan TIK ke dalam pelajarannya, hahhhaaaa.. #sinis,  boro-boro 10 mapel di masukan materi TIK, nyata-nyata saja guru TIK mengajar TIK dikelas atau lab, masih saja kesulitan memahamkan para siswa, aaaapalaaaagii, Akhh…sudahlah…!!!

Ketiga: Siswa, dua kata, KASIHAN MEREKA.
TIK dihapuskan, bagaimana dan dimana mereka bisa mendapatkan pengetahuan IT ?? Tanpa ada bimbingan khusus dari guru, cara mereka mendapatkan pengetahuan IT bisa jadi hanya akan mempertahankan dan menambah permasalahan di dunia pendidikan. Mengapa ? Sedangkan sudah di ajarkan etika penggunaaan TIK saja, siswa masih kerap tidak memperdulikan. Sudah bukan rahasia lagi, siswa menjadikan internet hanya untuk sosmed semata tanpa ada knowledge,  siswa kerap membuka situs-situs porno, punya e-mail untuk membuat akun sosmed tapi tidak tahu cara mengirim e-mail, punya komputer atau laptop tapi tidak bisa mengetik dokumen dengan benar, punya netbook tapi isinya cuma foto, mp3 sama movie, anti virus sampai 3 macam yg terinstall tapi tak satupun yang diketahui cara penggunaannya, dan lain-lain yang semisal.
Itu bagi siswa yg sedikit bisa, bagaimana dengan yang sama sekali belum bisa ??? yang katanya generasi ini diperhadapkan dengan zaman yang serba canggih, serba komputerisasi, dan serba mesin berteknologi tinggi, bagaimana dan bagaimana…




Dirgahayu Pendidikan Indonesia, 02 Mei 2014
Selamat…!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CURHAT: si Kucing-Kucing, MAMA dan Akhirnya..

Kasihan sekali lihat kucing² di rumah ini, kelaparan.. ini pasti karena saya juga. Ceritanya waktu itu kucing ini cuma 1 ekor, tapi "...